My Live My Secret . .

Try to share and dare


7 Hari Mencari Bidadari

Setelah mendengarkan penjelasan dari Ganesh kemarin, hari ini aku berangkat dari rumah dengan perasaan penuh tanda tanya.” Siapa “DIA”?” tanyaku dalam hati setiap kali teringat pernyataan Ganesh yang selalu memujinya. Di sekolah, tepatnya selama seminggu setelah pernyataan Ganesh kemarin, aku mulai sering pergi ke musholla. Anto dan Hasta merasa heran melihat perubahanku ini. Padahal, aku ke mosholla dengan prioritas utamanya untuk mencari tahu “DIA” dan Dhuha prioritas setelahnya. Setiap kali aku pergi kesana, aku tidak langsung sholat dhuha. Aku malah duduk diselasar musholla sambil melihat-lihat “DIA”. “ Kemana ya cewek bawel itu?” Tanyaku dalam hati. Sudah hamper 15 menit aku menunggu namun belum ada juga. Parahnya, aku langsung meninggalkan musholla tanpa sholat dhuha terlebih dahulu. Maklum saja, saat itu aku belum terlalu beriman.

Aku Ketahuan

Setelah pencarianku di musholla hampa, aku langsung berniat kembali ke kelas untuk mengobrol. Selama perjalanan melewati pintu gerbang selatan, tanpa sengaja aku melihat “DIA” dari kejauhan. Bodohnya diriku, tanpa sadar dan berpikir panjang, aku malah mengikutiya sampai-sampai “DIA”merasa diikuti dan saat itu pula aku sadar “DIA” menoleh kebelakang dan melihatku. Aku pun seketika berpaling dari belakangnya dan berpura-pura berbicara dengan orang lain yang sedang mengobrol dengan temannya di depan kelas 2-1. Malangnya, orang yang aku ajak berpura-pura mengobrol tidak mengenalku. Orang itu bahkan bertanya, “Lw siapa? Sok kenal banget lw!?” Aku malu bukan kepalang. Tak ku sadar pula aku mendengar “DIA” tertawa cukup keras yang tidak jauh dariku. Aku tak tau apa yang menyebabkan “DIA” tertawa. Tapi aku mulai berpikir kalau “DIA” menertawaiku. Perasaan pradugaku itu yang membuat Kekesalanku terhadap “DIA” semakin bertambah. Aku tak tahu iblis apa yang berada di dalam diriku yang menyebabkan aku berpikiran seperti itu. Hari itu begitu fana dan aku kembali ke kelas dengan perasaan malu dan kacau.

Geng Remang-remang yang Malang

Aku menaiki tangga kecil di depan kelasku dengan sangat lemas. “Er, kenapa lw? Tumben lw ga banyak berkicau? He..he..he..” Tanya Dante seraya mengejek. Aku tidak menjawab pertanyaan satu kata pun. Aku pun sangsung masuk ke kelas dan duduk dengan tangan kulipat di atas meja. Aku memikirkan hal yang baru saja aku alami. Sempat sejenakku berpikir untuk mengakhiri ini semua. Karena baru sehari saja aku sudah mendapatkan hal yang kurang mengenakkan. Tapi, perasaanku menolak mentah-mentah. Lagi-lagi hatiku memberontak. Aku masih tidak bisa menerima omelan ”DIA” beberapa hari yang lalu. Tak terasa bel masuk pun telah berbunyi. Pelajaran Fisika pun dimulai. Berhubung guru fisika adalah wali kelas, jadi suasana kelas tidaklah terlalu tegang. PaK Guru mulai meminta kami membentuk sebuah kelompok dan seperti biasa kami berempat selalu bersama. Entah kenapa, setiap ada undian kelompok yang dilakukan secara random, kami selalu tebentuk menjadi sebuah kelompok. Hanya satu kali dari sekian undian kami berpencar. Mungkin itu sudah nasib kita untuk tersu bersama. Berhubung kami selalu bersama-sama dalam belajar, berkelompok, dan suka bermain di rental yang sama, lalu kami menyebut diri kami geng Remang-remang. Dinamakan remang-remang karena rental yang biasa kami kunjungi memiliki lampu yang agak redup dan remang-remang. Any way, Tugas kelompok kali ini kami membuat sebuah sebuah percobaan yang berhubungan dengan mekanika dengan al;at-alat sederhana. Setelah undian perkelompok selesai, sekarang tibanya waktu untuk undian kelompok yang pertama kali mempresentasikan percobaannya. Hasta maju kedepan mewakili kami dan benar kata teman-teman yang lain kalau tangan Hasta itu selalu sial. Pasalnya kami mendapatkan giliran pertama yang maju duluan. Kami pun langsung menyalahkan satu sama lain. Kami berempat bingung ingin membuat apa. Hal ini diperparah dengan waktu yang Cuma sebentar. Dan kemungkinan, hanay kelompok kami saja yang maju. Kami pun memcoba menguras semua ide yang ada di otak kami dan tidak dapat jua. Yang kami lakukan malah ngobrol-ngobrol dan baca komik. Tanpa kita berempat sadari, pak guru melihat dan memanggil kami dan tak disangka, pak guru marah. Kami pun langsung mendapat hukuman. Kami mendapat tiga tugas sekaligus dan sialnya harus dikumpulkan esok hari.

Mau tahu apa yang terjadi esok harinya? Dan bagaimana kisah Eriol mencari identitas "DIA" selama 6 hari lagi? Tunggu episode selanjutnya........

Bersambung.......

1 komentar:

duh duh,,,eriol..

hehe,,

blog walking..