My Live My Secret . .

Try to share and dare


Krisis keuangan global yang berpusat di Amerika Serikat di akhir pemerintahan George Bush, bukan sekedar peringatan. Krisis itu dalam tempo singkat menghancurkan lembaga-lembaga keuangan global seperti Citi Group (asset 236,7 miliar dolar tinggal 97,8 miliar dolar), Lehman Brother (asset 34,4 miliar dolar tinggal 2,5 miliar dolar), Fannie Mae (asset 64,8 miliar dolar tinggal 0,7 miliar dolar), Freddy Mac ( asset 41,5 miliar dolar tinggal 0,3 miliar dolar) dll.


Untuk ukuran korporat, lembaga-lembaga tersebut luar biasa besarnya, misalnya bila kita bandingkan dengan cadangan devisa Indonesia akhir tahun lalu 2008 yang jumlahnya 51,5 miliar dolar! Krisispun berubah menjadi tsunami ekonomi, menghancurkan system perbankan terkemuka di AS, dan dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Dalam system financial global, AS menyerap lebih dari 50% ekspor dunia. Bial krisis terjadi disini, tak pelak, mesin ekonomi dinua terganggu. Tidak terkecuali Indonesia walaupun masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif. Dari krisis ini, menurut BPS diprediksikan sampai akhir tahun 2009 ini, akan terjadi tambahan pengangguran hingga tiga juta orang.

Ketika Indonesia ditimpa krisis moneter pada akhir 1997, pemerintah terpaksa “mengemis” bantuan IMF. HAsilnya, rekomendasi badan dunia ini, Indonesia harung mengutang lebih dari 5 miliar dolar. Ditambah lagi negeri tercinta ini dipaksa menjual aset-aset BUMN dengan harga miring ketangan asing. Namun yang kita lihat sekarang, ketika AS ditimpa krisis, dan parlemen kemudian menyetujui Bailout (pemindahan kerugian pada pembayaran pajak) senilai 700 miliar dolar, dunia tidak ada yang menanyakan dana itu kemana? Apakah utang dari IMF? Tidak mungkin!! Apakah hasil menjual aset-aset Negara?

Inilah ironi terbesar sepanjang sejarah perbankan dunia, hokum ekonomi yang diajarkan sewaktu bangku sekolah dan kuliah tidak berlaku untuk kondisi riil AS. Negeri AS bias mencetak dolar lebih banyak dan lebih banyak lagi, tanpa khawatir terjadi inflasi. KArena 60 persen debisa Negara-negara dalam bentuk dolar (kertas, bukan emas). Kalau ada dampak inflasi yang ditimbulkan dari percetakkan berlebihan dolar itu, maka bukan AS saja yang menanggung, tetapi juga seluruh masyarakat dunia yang memegang dolar.

Negeri Indonesia juga terus menerbitkan obligasi (surat hutang), sementara Negara lain membelinya,pertanyaannya, apakah negeri ini bias membayar hutang tersebut? Menurut data yang dihimpun dari CIA Fact Book, dari 163 negara yang didata, AS berada diurutan paling buncit dengan besaran rekening mendekati minus 900 miliar dolar (bandingkan dengan Angola- Negara yang sering kita pandang sebelah mata-yang berada di urutan 26 dengan surplus 7,7 miliar dolar dan Indonesia di urutan 43 dengan surplus 1,6 miliar dolar)

Maish menurut CIA, AS berada di urutan teratas Negara dengan hutang luar negeri terbesar di dunia dengan nilai 12,2 Triliun dolar ( bandingkan dengan Indonesia dengan jumlah hutang 151,7 miliar dolar). Secara akutansi, AS semestinya sudah menjadi Negara bangkrut. Tetapi kenapa mereka masih tetap dianggap sebagai Negara adidaya ekonomi dunia? Ini karena system ekonomi Fiat Money dimana dolar menjadi sentralnya. Dengan sisitem ini, perdagangan dunia seperti dua pihak timpang. Satu sisi emnyediakan komoditi (emas, perak, minyak, kayu, ikan, dll yang menumbuhkannnya butuh waktu tahunan) sementara sisi lainnya cukup menyediakan dolar (yang bias dicetak seberapa banyak hanya dalam waktu hitungan detik)

Artinya, The Fed (AS) sebagai kreditor adalah pelahap aset-set riil sedangkan ngara-negara pengguna dolar hanya menikmati perangkat kertas. Indonesia dan Negara berkembang lainnya sadar atau tidak sadar, telah tertipu dan diperas habis-habisan.

Dan ternyata yang mengatur ini bukan Negara AS sendiri, tapi segelintir Cukong yang mendapatkan Previllage mengelola keuangan melalui The Fed. Bank Sentral AS ini tidak seperti bank sentral umumnya dunia karena meraka bukanlah lembaga pemerintahan. The Fed murni dimiliki swasta (para kapitalis dan sosialis).

Rakyat AS sendiri pada dasarnya juga menjadi korban krisis, tetapi tidak dengan cukong-cukong ini. Bahkan seorang anggota kongres, Louis Mc Fadden, yang menentang untuk dikembalikannya kepada Negara, pada tahun 1934 tidak berhasil menggugatnya.

Karena tujuan dari sosialisme tidak lain membangun tata dunia baru ( The New World Order) memalui sosialisme Dunia di bawah satu pemerintahan dunia. Tujuan tersembunyi lainnya adalah penghapusan emas dan standard emas sebagai dasar moneter dunia. Dan pengantian emas sebagai moneter dunia secara resmi dilarang presiden Nixon pada tahun 1971.

Yang jelas, krisis yang terjadi sat ini, hamper dipastikan bukan yang terakhir. Ini mungkin baru permulaan untuk terjadi krisis yang maha dahsyat dengan skup yang lebih luas lagi. Selama Fiat Money masih menjadi System Integral Moneter Global, maka dunia tidak akan pernah aman dan stabil dari gangguan krisis ekonomi.

Adapun Fiat Money merupakan uang kertas yang diciptakan tanpa didukung (backed) dengan logam mulia seperti emas. Penerbit Fiat money (The Fed) sangat diuntungkan dengan penerbitan tersebut. Contoh: untuk biaya 1 lembar US$ 100 kira-kira 4 sen US$. Artinya: US$ 100 – US$ 0.40 = US$ 99.96. Keuntungan The Fed untuk setiap penerbitan US$ 100 kira-kira sebesar US$ 99.96.

Bisa disimpulkan bila AS menikmati pendapatan yang luar biasa besar dari penciptaan dolar ini. Sementara belahan dunia lainnya ada 2,8 miliar jiwa yang hidupnya bersusah payah hanya untuk mendapatkan dua dolar sehari dan bahkan 1,2 miliar jiwa yang kerja kerasnya hanya dihargai satu dolar sehari.

Karena itu, diperlukan sisitem moneter yang bukan hanya stabil, tetapi juga adil bagi semua pihak. Kembali ke system emas menjadi niscaya. Kita bias saja emnggunakan uang kertas, asalkan 100 persen di back up dengna emas dan logam milia lainnya, dengan demikian, tidak terjadi lagi eksploitasi satu Negara terhadap Negara lain.

Namun perjuangan kearah itu tidak mudah. Meskipun system moneter sat ini sudah terbukti berujung pada kegagalan dan kegagalan, dan hanya memberi keuntungan sepihak lagi segelintir kelompok/Negara tertentu.

Mempertahankan system ini akan melanggengkan peran mereka sebagai “tuan” untuk memeras dan “memperbudak” Negara lainnya. Kalau tidak ada upaya untuk mengganti system ini, maka dunia tidak akan pernahs sepi dari krisis ekonomi yang telah merugikan jutaan manusia.

Dengan demikian semakin tanpak kebenaran islam, bahwa manusia tidak akan bahagia dan selamat dunia maupun akhirat selama meraka tidak menjadikan islam sebagai pedoman hidup.

0 komentar: